Gunung-gunung menghijau tak bisa menyengat dinginnya. Hingga tiada terasa dalam nurani. Selayang pandang mata terkilas menyaksikan lahar entah dari mana tumpahnya. Kepul hangat menjalar serata tulang-temulang, tertebar ke serata buana. Kerdil mendakap aku dalam hitam kabut malam menghambat masa berlari. Lelah pedih jiwa meronta. Mata fikir berputar-putar mengisar waktu terlewati. Apa benar pualam itu biru warnanya? Apa benar delima itu merah warnanya? Apa benar hijau zamrud masih kekal hijaunya? Tinggal aku dalam termangu mentafsir mimpi yang tak terurai.
P/S: biarlah aku menjadi Teja yang dulu. Biarlah bicaraku, tulisanku menjadi sebuah catatan misteri agar tidak disalah tafsir atau mengguris hati sesiapa. Nanti lain yang ku maksudkan, lain tafsirannya.
No comments:
Post a Comment